Jumat, 19 Juni 2009

Persamaan antara Sunan Gunung Jati dan Fatahillah


Sunan Gunung Jati sama dengan Fatahillah. Sunan Gunung Jati (SGJ) adalah seorang Ulama Besar dan Muballigh yang lahir turun-temurun dari para Ulama keturunan cucu Nabi Muhammad SAW, Imam Husayn. Nama asli SGJ adalah Syarif Hidayatullah putra Syarif Abdullah putra Nurul Alam putra Jamaluddin Akbar. Jamaluddin Akbar adalah Musafir besar dari Gujarat, India yang memimpin putra-putra dan cucu-cucu nya berdakwah ke Asia Tenggara, dengan Campa (pinggir delta Mekong, Kampuchea sekarang) sebagai markas besar. salah satu putra Syekh Jamaluddin Akbar (lebih dikenal sebagai Syekh Maulana Akbar,SMA) adalah Syekh Ibrahim Akbar (ayahanda Sunan Ampel).

Bakat keruhaniyan dan kepemimpinan SMA tampak jelas turun ke dalam diri SGJ. Sehingga bagi kaum Sufi beliau (SGJ) adalah pemimpin spiritual hingga kini untuk wilayah nusantara, sedangkan bagi sejarawan SGJ adalah peletak dasar Kesultanan Cirebon dan Banten. Fatahillah adalah seorang Panglima Pasai, bernama Fadhlulah Khan (F Kh), orang Portugis melafalkannya sebagai Falthehan. Ketika Pasai dan Malaka direbut Portugis,beliau hijrah ke tanah Jawa untuk memperkuat armada kesultanan-kesultanan Islam di Jawa (Demak, Cirebon dan Banten) setelah gugurnya Raden Abdul Qadir bin Yunus (Pati Unus, menantu Raden Patah Sultan Demak pertama).

Menurut Saleh Danasasmita sejarawan Sunda yang menulis sejarah Pajajaran dalam bab Surawisesa, Fadhlullah Khan masih berkerabat dengan Walisongo karena kakek buyut beliau Zainal Alam Barakat adalah adik dari Nurul Alam Amin (kakek Sunan Gunung Jati) dan kakak dari Ibrahim Zainal Akbar (ayahanda Sunan Ampel) yang semuanya adalah putra-putra Syekh Maulana Akbar dari Gujarat,India.

«Ada 2 kemungkinan datangnya Fadhlullah Khan dari Pasai

Kemungkinan Pertama beliau sudah menjadi anak buah Pati Unus dan bergabung dengan pelarian Malaka ketika Pati Unus memimpin armada Islam tanah Jawa menyerang Malaka 1513 dan 1521, tetapi beliau termasuk yang selamat dalam perang besar 1521 (seperti Raden Abdullah putra Pati Unus), setelah Armada Gabungan kembali ke tanah Jawa diangkat menjadi pengganti Pati Unus sebagai Panglima Armada Islam Gabungan tanah Jawa dan dinikahkan oleh Sunan gunung jati dengan putri beliau, Ratu Ayu janda Pati Unus untuk memperkuat kekerabatan.

Kemungkinan ke 2 adalah, beliau tidak ikut perang Malaka 1513 & 1521, tapi sudah hijrah lebih dulu ke tanah Jawa setelah jatuhnya Pasai 1512, 9 tahun kemudian diangkat oleh Sunan Gunung Jati menggantikan Pati Unus yang gugur setelah dinikahkan dengan Ratu Ayu, putri Sunan Gunung Jati yang ditinggal Pati Unus.

Analisis kami mengkompromikan 2 kemungkinan diatas adalah setelah jatuhnya Malaka (1511) kemudian Pasai (1512), bisa dikatakan seluruh tokoh besar dan para Panglima Muslim dari Pasai dan Malaka yang selamat kemudian hijrah ke tanah Jawa sebagai satu-satunya basis Kerajaan Islam yang masih exist (di Asia Tenggara) dan sangat aneh bila kemudian tidak ikut bergabung dengan Armada Islam tanah Jawa pimpinan Pati Unus dalam ekspedisi 1521 yang sangat besar, selain karena dendam yang belum terlampiaskan terhadap Portugis, juga para Tokoh dan Panglima Pasai dan Malaka (yang dalam pengasingan di tanah Jawa) bila tak ikut kewajiban Jihad pasti akan dikucilkan.\ Di Demak dan Cirebon, F Kh mendapat gelar Wong Agung Pasai, di Banten dapat gelar Tubagus Pasai.

Ketika Pati Unus gugur dalam perang laut dahsyat untuk merebut kembali Malaka dari tangan Portugis, F Kh diangkat oleh SGJ menggantikan Pati Unus sebagai Panglima Armada Islam di tanah Jawa. Raden Pati Unus yang gugur kemudian dikenal sebagai Pangeran Sabrang Lor.

Kegagalan ekspedisi Malaka (1521) membuat Kesultanan2 Islam di tanah Jawa mengambil sikap defensif dan memancing Portugis untuk datang. Sehingga Bulan Juni 1527, Portugis yang telah merasa diatas angin mencoba menerobos Sunda Kelapa, langsung diluluhlantakkan oleh armada Islam dibawah pimpinan F Kh, kemenangan besar ini kemudian dirayakan sebagai hari lahir Jayakarta dan kemudian disebut Jakarta. F Kh atau Tubagus Pasai diberi gelar baru yaitu Fatahillah (yang berarti Kemenangan Allah SWT).

Setelah kemenangan ini F Kh diangkat Sunan Gunung Jati sebagai Penasehat Kesultanan Cirebon, sedangkan kota Jayakarta diserahkan ke menantu FKh, yaitu Tubagus Angke. Setelah wafatnya Tubagus Angke diserahkan kepada putra beliau yaitu Pangeran Jayakarta yang kemudian pada 1619 karena kalah dalam konflik dengan VOC, meninggalkan Jayakarta yang dibumihanguskan yaitu pemusnahan dengan cara pembakaran barang,gedung,bangunan agar tak dapat dipakai oleh musuh.

0 komentar:

Posting Komentar

Modified by Blogger Tutorial

NURI VILE ©Template Nice Blue. Modified by Indian Monsters. Original created by http://ourblogtemplates.com

TOP